Jumat, 04 September 2015

TRADISI DESA



TRADISI DESA TEGALREJO
(Studi penelitian di Desa Tegalrejo)

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu Marwanto, M.Pd.


Oleh :
Annisa Sekarwati
213-14-055

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH - S1
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015


TRADISI DESA TEGALREJO
(Studi Penelitian di Desa Tegalrejo)
Oleh : Annisa Sekarwati
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Pendahuluan
          Matahari sudah memancarkan sinarnya, kesibukan mulai terlihat di desa Tegalrejo.  Hari ini akan ada acara nyadran kali yaitu membersihkan sekitar sungai. Bapak-bapak mulai mengambil sampah-sampah, mencabut rumput-rumput liar di sekitar jembatan, dan juga membersihkan sekitar sumur keramat. Ibu-ibu mulai mempersiapkan makanan dan minuman untuk bapak-bapak.  
          Setelah nyadran kali selesai, pada sore hari ada pertunjukan kesenian kuda lumping dan dilanjutkan pertunjukan nanggap wayang kulit di malam hari. Tidak hanya warga sekitar yang berbondong-bondong datang untuk melihat, tetapi ada warga desa lain yang ikut menyaksikan. Acara kali ini sangat meriah, dan diharapkan tradisi nyadran tetap lestari.
          Desa ini bernama Tegalrejo. Nama Tegalrejo diambil dari kegiatan sehari-hari penduduk sekitar pada zaman dahulu yaitu berkebun. Berasal dari dua kata Tegal dan Rejo. Tegal berarti kebun, tempat yang luas untuk bercocok tanam penduduk sekitar dan Rejo berarti penduduk.
          Di desa Tegalrejo ada sebuah sumur yang dianggap keramat oleh penduduk sekitar. Sumur ini bernama Sumur Bandung, terletak di bawah pohon beringin dan berdekatan dengan makam.  


A.  Sistem Kepercayaan
            Kebanyakan orang Jawa percaya bahwa hidup manusia di dunia ini sudah diatur dalam alam semesta, sehingga tidak sedikit mereka yang bersikap nerima, yaitu menyerahkan diri kepada taqdir. Orang Jawa juga percaya kepada suatu kekuatan yang melebihi segala kekuatan di mana saja yang pernah dikenal, yaitu kesakten, kemudian arwah atau ruh leluhur, dan makhluk-makhluk halus seperti memedi, lelembut, tuyul, demit serta jin dan lainnya yang menempati alam sekitar tempat tinggal mereka (Koentjaraningrat, 2002:347)
            Agama mayoritas yang berkembang di kalangan masyarakat Tegalrejo yaitu Islam, namun ada juga yang menganut agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha.
1.    Upacara Kematian
         Ketika ada orang yang meninggal dengan segera penduduk Tegalrejo menuju rumah orang tersebut untuk memastikan apa sebab orang tersebut meninggal, karena sakit yang parah, kecelakaan atau sebab yang lain. Sebelum dimakamkan jenazah dimandikan oleh keluarga, dikafani, lalu disholatkan.
         Saat jenazah akan diberangkatkan menuju pemakaman, seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan melakukan brobosan (berjalan dibawah keranda dengan memutari sebanyak 3 kali), kemudian modin (orang yang mengurus jenazah) akan melempar segenggam beras kuning (hasil rendaman beras air kunyit) dan uang logam ke arah keranda sebanyak 3 kali. Selanjutnya seorang ustadz akan membaca surat Al – Fatihah sebanyak 3 kali yang ditirukan oleh seluruh pelayat. Keranda tersebut dipanggul (diangkat sampai bahu) oleh beberapa orang dan dibawa menuju makam.
         Jenazah lalu dimasukkan kedalam liang, tali yang mengikat kafan dilepas, kemudian jenazah dimiringkan ke kanan dan ditutup dengan papan dan diratakan dengan tanah.

2.    Ziarah Kubur
         Hal ini biasa dilakukan setiap malam jumat kliwon dan di bulan Sya’ban (menjelang puasa) dan sebelum hari raya Idul Fitri dengan berdoa di makam dan membersihkan sekitar makam anggota keluarga menggunakan sabit, sapu lidi, kain lap dan air.
Rumput-rumput di sekitar makam dibersihkan menggunakan sabit, dikumpulkan dengan sapu lalu dibakar. Nisannya dibersihkan dengan kain lap yang sudah diberi air dan makamnya ditaburi bunga.

3.    Nyadran
1. Nyadran Kuburan
            Nyadran kuburan yaitu kerja bakti satu desa membersihkan makam yang dipimpin oleh lurah dan perangkat desa menjelang Idul Fitri. Biasanya dilakukan kaum lelaki, sedangkan kaum perempuan mempersiapkan makanan yang akan dibagikan kepada seluruh warga yang melakukan kerja bakti.
            Makanan yang disajikan yaitu nasi tumpeng (nasi yang dibentuk kerucut), gudangan (sayur sayuran yang dicampur dengan sambal kelapa), ingkung (daging ayam yang masih utuh), jajan pasar (makanan tradisional yang dibeli dari pasar seperti, kacang rebus, tape).
            Sebelum makanan dibagikan, seorang ustadz membacakan rangkaian doa terlebih dahulu.
2. Nyadran Kali
            Nyadran kali yaitu kerja bakti satu desa membersihkan kali (sunngai) dan sumur Bandung dipimpin oleh lurah dan perangkat desa. Nyadran kali dilakukan di bulan Sapar.
            Setelah kaum lelaki selesai membersihkan sungai dan sekitar sumur, ketua adat melakukan ritual penyembelihan ayam jago. Darah ayam ini dibiarkan mengucur ke dalam sumur. Ayam tersebut dibersihkan kemudian dibakar didekat sungai. Setelah matang dagingnya dibagikan kepada orang yang mengikuti kerja bakti nyadran kali.
            Selanjutnya ketua adat membawa sesaji yang diletakkan di tempat-tempat tertentu yang dianggap ada penunggu/makhluk halus/ruh leluhur di sekitar sungai dan sumur sambil membaca mantra. Sesaji ini berisi nasi, daging ayam bagian paha,  jajan pasar, kinang (daun sirih, tembakau, kapur sirih), pisang, rokok, kopi, bunga­-bunga (mawar, melati, kantil).

4.      Yasinan ibu – ibu dan bapak – bapak
         Yasinan dilakukan dengan mengundang warga satu RT setelah sholat isya’ dengan membaca surat yasin pada geblak  (hari pertama kematian), rong dina ( hari ke dua), nelung dina (hari ke tiga), mitung dina (hari ke tujuh), matang puluh (hari ke empat puluh), nyatus (hari ke100), mendak pisan (1 tahunan), mendak pindo (2 tahunan), nyewu (hari ke seribu).

5.      Pengajian
         Pengajian juga dilakukan dengan mengundang warga satu RT setelah sholat isya’ dengan membaca surat yasin. Pengajian ini rutin setiap 3 minggu sekali atau ketika ada orang yang mempunyai hajat (perkawinan, kirim doa, tasyakkuran).

6.      Kelahiran
1. Pra Kelahiran
                                                                        i.     Neloni
         Selamatan pada ibu hamil dimulai pada bulan ke tiga yang disebut neloni, hal ini dilakukan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan ruh kepada janin yang dikandung. Selamatan neloni dilaksanakan dengan membagikan bancakan (nasi gudangan dan bubur merah putih) kepada warga sekitar rumah.
                                                                      ii.     Mitoni
         Selamatan selanjutnya yang dilakukan yaitu mitoni (tujuh bulanan), dengan harapan bayi yang dikandung sehat dan selamat pada saat kelahiran. Selamatan mitoni juga dilaksanakan dengan membagikan nasi gudangan dan bubur merah putih. Pada saat mitoni diadakan ritual bagi ibu hamil yaitu dengan menyiramkan air oleh tujuh anggota keluarga yang diambil dari tujuh mata air. Kemudian ibu ini mengganti pakaiannya sebanyak tujuh kali. Ritual selanjutnya yaitu membelah dua kelapa muda yang telah diberi gambar tokoh pewayangan Janaka dan Srikandi sebagai lambang laki-laki dan perempuan.           
2. Pasca kelahiran
                                                                        i.     Mendhem ari-ari
            Mendhem ari-ari (mengubur ari-ari) yaitu prosesi yang dilakukan setelah sang jabang bayi lahir. Ari-ari diistimewakan, karena sebagai penghubung antara sang ibu dengan bayinya di dalam rahim, dalam kepercayaan orang Jawa, mereka menganggap bahwa ari-ari adalah kembaran sang bayi tersebut.
                                                                      ii.     Brokohan
         Setelah bayi dilahirkan dan sang ibu masih di rumah sakit atau klinik bersalin, biasanya anggota keluarga yang berada di rumah memasak nasi gudangan dan bubur merah putih untuk dibagikan kepada tetangga. Brokohan dimaksudkan sebagai rasa syukur karena bayi telah lahir.

                                                                    iii.     Puputan
         Ketika bayi berusia lima sampai tujuh hari, tali pusarnya akan lepas dengan sendirinya, peristiwa ini disebut puputan. Biasanya akan diadakan bancakan dan aqiqoh.
                                                                    iv.     Selapanan
         Selamatan selanjutnya yaitu selapanan, bayi yang berusia 35 hari akan dipotong rambutnya oleh sesepuh (orang yang dituakan) keluarga, kemudian didoakan.

7.      Pernikahan
1.          Pra Nikah
                                                                        i.     Kirim doa
         Seminggu sebelum hari pernikahan, keluarga pihak perempuan mengadakan pengajian kirim doa untuk ruh leluhur.
                                                                      ii.     Lamaran
         Keluarga pihak laki-laki datang kerumah pihak perempuan. Sang laki-laki bertanya kepada perempuan, apakah dia mau menjadi istrinya. Selanjutnya pihak perempuan akan mencari tanggal yang tepat untuk melangsungkan pernikahan apabila perempuan itu mau menjadi istri laki-laki tersebut.
                                                                    iii.     Tukar Cincin
         Dua hari sebelum hari pernikahan diadakan tukar cincin disaksikan oleh keluarga kedua belah pihak.
                                                                    iv.     Siraman
         Sehari sebelum pernikahan, kedua calon pengantin disucikan dengan cara dimandikan yang disebut Siraman. Calon pengantin dimandikan dirumah orang tua masing-masing. Pihak keluarga pengantin putri mengirim air suci perwitosari artinya air kehidupan, yaitu air dari tujuh sumber mata air yang dicampur dengan beberapa macam bunga untuk memandikan pengantin pria.
                                                                      v.     Ngerik
         Ngerik artinya rambut-rambut kecil diwajah calon pengantin wanita dengan hati-hati dikerik oleh perias.
                                                                    vi.     Midodareni
         Selanjutnya pada malam hari sebelum pernikahan ada upacara midodareni yang dilaksanakan di rumah calon pengantin wanita. Midodareni berasal dari kata widodari atau bidadari, masyarakat percaya bahwa pada malam ini para bidadari turun dari kahyangan untuk menyempurnakan kecantikan calon pengantin putri. Pengantin putri tidak diperbolehkan tidur dari pukul 18.00 sampai tengah malam. Tepat pukul 12 malam diadakan bancakan (nasi tumpeng lengkap dengan gudangan dan ingkung) untuk dimakan keluarga besar.
2.   Hari Pernikahan
                                                                        i.     Akad Nikah
            Akad nikah adalah hal paling penting untuk melegalisir sebuah pernikahan. Ijab ini dilakukan sesuai dengan agama  yang dianut. Selain agar pernikahan sah dimata Allah, akad nikah dilakukan supaya pernikahannya diakui oleh negara.
                                                                      ii.     Temu Penganten
            Pengantin pria diantar oleh saudara-saudaranya tanpa kedua orang tua tiba di depan rumah pengantin putri dan berhenti di depan pintu rumah. Kemudian, pengantin wanita dengan dikawal saudara-saudara beserta kedua orang tuanya, menyonngsong kedatangan rombonngan pengantin pria.
                                                                    iii.     Balangan Suruh
         Pada jarak dua atau tiga meter, kedua pengantin saling melempar ikatan daun sirih yang diisi dengan kapur sirih dan diikat dengan benang. Menurut kepercayaan, dengan saling melempar daun sirih dapat megusir roh jahat.
                                                                    iv.     Ritual Wiji Dadi
         Pengantin wanita jongkok dihadapan pengantin pria, selanjutnya pengantin pria menginjak sebuah telur ayam kampung hingga pecah dengan telapak kaki kanannya, kemudian kaki tersebut dibasuh oleh pengantin wanita dengan air kembang.
                                                                      v.     Sindhuran
         Ayah pengantin putri berjalan di depan kedua pengantin menuju ke kursi pengantin, sedangkan ibu pengantin putri berjalan di belakang sambil menutupi pundak kedua pengantin dengan kain sindhur. Kain sindhur berwarna merah dan di pinggir terdapat renda berwarna putih. Ini melambangkan, sang ayah menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan sang ibu mendukung dari belakang.
                                                                    vi.     Ritual Kacar Kucur
         Setelah pengantin tiba di kursi pengantin, tradisi selanjutnya yaitu kacar kucur. Dalam ritual ini, suami menuangkan isi dari tas kecil berupa kacang, kedelai, beras, jagung, beras kuning, dlingo bengle, beberapa macam bunga dan uang logam. Istri menerima dengan selembar kain putih. Upacara kacar kucur menggambarkan suami memberikan seluruh penghasilannya kepada istri dan istri akan menjadi ibu rumah tangga yang baik.
                                                                  vii.     Ritual Dhahar Klimah
         Dengan disaksikan orang tua pengantin putri dan kerabat dekat, sepasang pengantin makan bersama dan saling menyuapi.
                                                                viii.     Mapag Besan
         Kedua orang tua pengantin putri menjemput kedua orang tua pengantin pria di depan rumah, selanjutnya berjalan bersama menuju tempat acara.
                                                                    ix.     Sungkeman
         Sepasang pengantin melakukan sungkem  kepada kepada orang tua kedua pihak pengantin. Sungkem merupakan bentuk penghormatan tulus kepada orang tua. Pengantin dalam posisi jongkok, kedua telapak tangan menyembah dan mencium lutut yang disungkemi.
3.   Pasca Nikah
        Setelah resmi menjadi sepasang suami istri masih ada adat istiadat yang biasa dilakukan yaiu sepasaran nganten (keluarga pengantin perempuan dibawa ke rumah pengantin laki-laki).

B.  Sistem Kemasyarakatan
            Di dalam kenyataan hidup masyarakat orang Jawa, orang masih membeda – bedakan antara orang priyayi yang terdiri dari pegawai negeri dan kaum terpelajar dan yang kebanyakan disebut wong cilik, seperti petani-petani, tukang-tukang, dan pekerja kasar lainnya (Koentjaraningrat, 2002:344). Di desa Tegalrejo juga membeda-bedakan lapisan masyarakat. (1) Priyayi, istilah priyayi ini mengacu kepada suatu kelas sosial tertinggi di kalangan masyarakat biasa karena memiliki status sosial yang cukup tinggi di masyarakat. Biasanya kaum priyayi ini terdiri dari para pegawai negeri sipil dan para kaum terpelajar yang memiliki tingkatan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang di sekitarnya. (2) Santri, lapisan ini tidak mengacu kepada seluruh masyarakat yang beragama muslim, tetapi lebih mengacu kepada para santri yang belajar di pondok-pondok. (3) Wong cilik atau golongan masyarakat biasa, yaitu masyarakat yang memiliki kasta terendah dalam pelapisan sosial. Biasanya golongan ini bekerja sebagai petani atau buruh.

C.  Sistem Pengetahuan
          Pembuatan rumah tidak luput dari tradisi turun temurun yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Tegalrejo. Apabila akan membangun rumah tidak dianjurkan dibulan Sura. Mereka percaya akan ada hal buruk yang terjadi apabila pembangunan rumah tetap dilaksanakan. Tidak hanya itu, setelah pondasi dan dinding rumah selesai dibangun, diadakan selametan munggahke kap yaitu selamatan sebelum memasang genting. Selametan ini supaya pemasangan genting lancar dan para pekerja tidak ada yang jatuh dari ketinggian. Orang yang mempunyai rumah ini akan membuat nasi tumpeng, gudangan, ingkung, jajan pasar, bubur merah putih dan sesaji. Kemudian mengumpulkan keluarga terdekat dan tetangga sekitar untuk berdoa bersama dirumah yang baru setengah jadi tersebut dan memakan makanan yang telah disediakan.  Setelah pembangunan rumah selesai, masih ada selametan yang terakhir. Selametan terakhir yaitu sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT karena atas kehendaknya pembangunan rumah dapat berlangsung dengan lancar serta memohon izin kepada makhluk halus penunggu rumah untuk menempati rumah tersebut agar tidak diganggu.

D.  Sistem Mata Pencaharian
1.    Pegawai Negeri
         Masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negeri misalnya guru, pegawai di instansi pemerintahan.
2.    Pedagang
            Kebanyakan masyarakat sekitar yang berdagang, mereka menjual sembako dan masakan matang.
3.    Buruh
         Bagi mereka yang tidak berpendidikan tinggi dan kurang beruntung inilah pekerjaan sehari-harinya. Misal, buruh pabrik, tukang batu, dan buruh cuci.

E.  Sistem Peralatan dan Teknologi
1.    Peralatan Masak
         Hampir semua warga masyarakat Tegalrejo memasak menggunakan kompor gas, tetapi ada juga yang menggunakan tungku dan kayu bakar. Untuk menghaluskan bumbu alat memasak yang sering digunakan yaitu coweg (alas ulegan terbuat dari batu yang berbentuk cekung) munthu (ulegan), ada juga yang menggunakan blender.
         Untuk menanak nasi masyarakat menggunakan dandang (panci berukuran sedikit lebih besar) atau ricecooker. Alat memasak lain yang digunakan yaitu wajan, panci, irus (sendok sayur yang terbuat dari tempurung kelapa), serok (alat untuk meniriskan makanan setelah digoreng), spatula, parutan kelapa, baskom.
2.    Nama Masakan
         Sayur lodeh terbuat dari campuran sayuran seperti labu siam, kol, wortel, kacang panjang, daun so, terong yang diberi santan. Oblok-oblok terbuat dari daun singkong yang diberi campuran ika teri dan parutan kelapa muda. Botok terbuat dari parutan kelapa muda, teri, tomat hijau, lombok hijau yang dibungkus daun pisang kemudian dikukus. Sambel tumpang terbuat dari campuran tahu, tempe, tetelan sapi kemudian diberi bumbu dan santan kental. Sayur adas terbuat dari daun adas yang diberi bumbu dan santan. Gudangan terbuat dari bermacam-macam sayuran seperti bayam, kol, kacang panjang yang direbus lalu diurap dengan sambal kelapa.


3.    Nama Makanan
Gemblong, terbuat dari ketela rebus yang sudah dihaluskan kemudian dibentuk lonjong dan di dalamnya diisi gula pasir kemudian digoreng. Combro, terbuat dari ketela parut kemudian dibentuk bulat pipih di isi dengan tempe pedas kemudian digoreng. Klenyem, sama seperti combro bedanya klenyem berisi gula jawa. Utri, sama seperti klenyem yang berisi gula jawa tetapi tidak digoreng, melainkan dikukus dan dibungkus dengan daun pisang.
4.    Alat – alat Bertani
         Karena mata pencaharian masyarakat Tegalrejo bukan sebagai petani, alat – alat bertani di sini digunakan sebagai alat untuk membersihkan sekitar rumah. Alat – alat tersebut seperti sabit, golok, gunting rumput, cangkul.
5.    Rumah
         Bangunan tempat tinggal warga sekitar kebanyakan yaitu limasan, model minimalisLatar yaitu halaman rumah. Teras/emper yaitu serambi rumah. Senthong sebutan untuk kamar tidur. Pawon yaitu dapur yang masih menggunakan tungku dan kayu bakar.
        
F.   Sistem Kesenian
          Di Tegalrejo berkembang kesenian kuda lumping yang diikuti oleh pemuda pemudi dan anak-anak. Kesenian tersebut juga dimasukkan kedalam ekstrakulikuler salah satu sekolah dasar di Tegalrejo. Biasanya kesenian ini ditampilkan setelah nyadran kali, ketika hari kemerdekaan, saat wasana warsa sekolah dasar tersebut, dan menyambut tamu penting.

G. Sistem Bahasa
          Di dalam kehidupan sehari – hari sebagian besar masyarakat sekitar menggunakan bahasa Jawa. Pada prinsipnya ada dua tingkatan dalam bahasa Jawa yaitu Jawa Ngoko dan Krama. Bahasa Jawa Ngoko dipakai untuk berbicara kepada orang yang sudah kenal akrab, kepada orang yang lebih muda usianya atau lebih rendah status sosialnya. Sedangkan bahasa Jawa Krama dipergunakan untuk berbicara dengan orang yang belum dikenal akrab, kepada orang yang usianya lebih tua serta memiliki derajat lebih tinggi.

Kesimpulan
Arti Tegalrejo yaitu penduduk yang bekerja di kebun. Pada sistem kepercayaan masyarakat Tegalrejo banyak tradisi yang berkembang, yaitu upacara kematian, ziarah kubur, nyadran, yasinan ibu-ibu dan bapak-bapak, pengajian. Saat kelahiran, tradisi yang banyak dilakukan yaitu neloni, mitoni, mendhem ari-ari, brokohan, puputan, selapanan. Adat pernikahan yang masih dilakukan seperti  kirim doa, lamaran, tukar cincin, siraman, ngerik, midodareni, akad nikah, temu penganten, balangan suruh, ritual wiji dadi, sindhuran, ritual kacar kucur, dhahar klimah, mapag besan, sungkeman, sepasaran nganten. Di dalm sistem kemasyarakatan, dibedakan antara priyayi, santri, dan wong cilik. Sistem Pengetahuan yang terdapat di desa ini, yaitu selalu ada ritual selamatan disetiap pembuatan rumah. Sistem Mata Pencaharian warga sekitar yang dominan yaitu pegawai negeri, pedagang, dan buruh. Peralatan dan Teknologi yang digunakan tidak semuanya barang tradisional ataupun semuanya barang modern. Kesenian yang terlihat mencolok yaitu kuda lumping. Bahasa sehari-hari yang dipakai masyarakat sekitar yaitu Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia.






DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II.                  ABCDJakarta: Rineka Cipta
Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan
Negoro, Suryo S. Upacara Perkawinan Tradisional Jawa. www.jagadkejawen.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7&Itemid=7&lang=id. Diakses: 11 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar