Menanggulangi Masalah
Kemiskinan Dan Pengangguran
Di Indonesia Dalam
Perspektif Ekonomi
( http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/view/658 )
A.
Pendahuluan
1. Gambaran
kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan
berpengaruh terhadap kondisi makro ekonomi secara signifikan, khususnya
terhadap tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia. Kondisi perekonomian yang
sudah parah diperburuk dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, Tarif
telepon dan Tarif dasar listrik secara otomatis diikuti oleh kenaikan harga
atau dikatakan penyesuaian harga. Secara makro situasi ini juga dirasakan oleh
pelaku-pelaku bisnis, perusahaan banyak yang bangkrut. Situasi ini berimplikasi
pada tekanan kesempatan kerja melemah dan maraknya PHK, meledaknya jumlah pengangguran
serta jumlah penduduk yang jatuh di bawah kemiskinan meningkat.
2. Indikator
Pengukuran Kemiskinan
Menurut
perhitungan Biro Pusat Statistik, batas kemiskinan dihitung dari besarnya
rupiah yang dibelanjakan per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sedangkan BKKBN mengumumkan angka kemiskinan dari data keluarga yang
diklasifikasikan menjadi keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I,
keduanya harus dikategorikan sebagai
keluarga miskin yang terkait dengan Program JPS (Jaring Pengaman Sosial). Usaha
penanggulangan kemiskinan tidak pernah sampai pada sasaran karena petugas garis
depan yang mendaftarkan masyarakatnya sebagai kelompok keluarga miskin bukan
petugas profesional, dan umumnya diserahkan kepada jajaran perangkat desa
terendah.
3. Laju
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Jika
pertumbuhan ekonomi dicapai melalui pemberdayaan sumber daya produktif dan
didukung dengan profesionalisme tenaga kerja maka kondisi ini akan menghasilkan
peningkatan pendapatan per kapita serta akan diikuti dengan meningkatnya
standar hidup rata-rata masyarakat. Nilai tukar rupiah terhadap dollar merosot
tak terkendali, inflasi puncak tahun 1998/1999 mencapai 78% lebih, nilai tukar
terhadap dollar mengalami depresiasi mendekati 80% lebih, akibatnya hampir
seluruh kegiatan ekonomi terhenti, PHK marak dimana-mana dan masih diperburuk
situasi kacau yang hampir tidak pernah berhenti berawal dari proses penurunan
penguasa pemerintahan orde baru dan sampai sekarang pertumbuhan ekonomi
Indonesia masih sangat memprihatinkan.
4. Gambaran
Tentang Pengangguran
Masih
perlu dicermati lagi bahwa yang lebih penting adalah bagaimana cara mengatasi
masalah kemiskinan dan ketimpangan dalam pembagian pendapatan masyarakat, bukan
penganggurannya. Inti permasalahan ini terletak pada masalah bagaimana para
ekonom dalam memandang masalah kemiskinan dan pengangguran. Ternyata tidak
cukup hanya melakukan perhitungan dan main prediksi, tetapi para ekonom
disarankan melakukan penelitian induktif-empirik.Sebab tanpa melakukan penelitian
empirik tidak mungkin menemukan masalah-masalah yang riil dan tidak juga dapat
menemukan solusi konkret terhadap masalah ekonomi yang dihadapi oleh negeri
ini.
B.
Masalah
Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia
Ada
beberapa hambatan dalam pengentasan kemiskinan, antara lain :
1) Subsidi
salah sasaran dan sama sekali tidak menyentuh kebutuhan pokok rakyat, tetapi
yang menikmati justru kelompok-kelompok tertentu.
2) Proyek
dana pengentasan kemiskinan stimulan distribusinya tidak didukung oleh sistem
pengawasan yang ketat dan sistem informasi yang akurat.
3) Adanya
kebocoran dana secara sistematis, kasarnya terjadi korupsi terselubung dan
sulit dideteksi.
4) Pendataan
dan rekruitmen keluarga miskin tidak dilakukan oleh tenaga profesional, banyak
kasus pendataan dilakukan oleh jajaran pemerintah desa dan praktiknya yang
menjalankan tugas adalah para Kepala Dukuh dan para Ketua RT setempat.
C.
Usaha
Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran
Usaha
menanggulangi kemiskinan dan pengangguran yaitu dengan:
1) Menggali
dan memotivasi diri (self motivation) seluruh potensi diri dengan pemberdayaan
masyarakat, menciptakan kemitraan dari ekonomi kuat kepada ekonomi lemah dengan
memberikan dorongan tidak langsung berupa balikan, program, stimulan dan
motivasi. Sehingga masyarakat bawah mampu menangkap peluang, memiliki usaha,
kreatif dan inovatif untuk melepaskan diri dari sifat wage employment menuju
masyarakat mandiri (self employment).
2) Pengentasan
kemiskinan dengan Proyek Desa Tertinggal dan JPS untuk jangka waktu panjang hendaknya perlu
dipertimbangkan tidak menjadi model pengentasan kemiskinan dan pengangguran, sebab
cara ini menjadikan masyarakat memiliki sifat ketergantungan pada pihak lain,
terlena, menjadi dan menutup daya cipta, tidak kreatif dan tidak inovatif.
3) Usaha
pengentasan kemiskinan tidak hanya tergantung pada pemerintah, tetapi seluruh
rakyat baik miskin, menengah maupun kaya harus saling membantu mengurangi
kemiskinan. Salah satu caranya bisa dilakukan dengan menggali dan mengaktifkan
seluruh kelebihan atau potensi diri kita masing-masing.
D.
Kesimpulan
Pada
tahun 2003-2004 bila dilihat dari data BPS, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia
belum dapat mencapai angka 6% dan baru mencapai 3,6%. Tetapi angka kemiskinan
semakin membesar dan belum dapat dipulihkan. Hal ini dianggap bahwa konsentrasi
pemerintah baru menggarap infrastruktur (kebijakan makro). Permasalahan lama
belum tuntas masih diperburuk timbulnya bencana alam gempa bumi, gelombang tsunami
yang semakin memperburuk keadaan. Tetapi semua ini bukan berarti bahwa iklim
ekonomi di Indonesia sangat buruk untuk investasi, penciptaan kesempatan kerja
dan ataupun bentuk-bentuk lain seperti menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan
lain-lain.
Terkait
dengan masalah ini para pemikir ekonomi, khususnya ekonom Indonesia untuk
segera melakukan reformasi ekonomi dan secara maksimal menyumbangkan
pendapatnya kepada pemerintah untuk meminimumkan kesalahan yang telah terjadi
bertahun-tahun sebelum ini. Sekiranya penerapan Teori Ekonomi Neoklasik Barat
tidak saja tidak tepat bagi negeri ini, tetapi justru telah menjerumuskan
ekonomi kita. Pemikiran-pemikiran ekonomi liberal yang materialistik, egois,
dan serakah, kini sangat dominan mengalahkan pemikiran-pemikiran moralistik dan
kekeluargaan. Dan karena itu reformasi ekonomi harus dimaknai sebagai kesadaran atas kekeliruan-kekeliruan dan
dengan hati yang rendah siapapun yang menjadi pejabat pemerintah bersedia mengoreksi
diri dan lego legowo dikoreksi oleh pihak lain.
Kita
boleh tetap optimis bahwa ekonomi negeri kita akan meningkat dan jumlah
kemiskinan di Indonesia akan berkurang terus menerus secara perlahan-lahan,
asalkan pemerintah, kelompok ekonomi menengah dan kelompok ekonomi atas saling
bahu-membahu satu dengan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar