PERAN
PEMUDA DALAM PENCEGAHAN KONFLIK ANTAR SUKU/ PELAJAR/ MAHASISWA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Menurut sebagian orang konflik merupakan sesuatu
yang buruk, berdampak negatif dan harus dihindari. Konflik dapat terjadi karena
perbedaan – perbedaan. Apalagi melihat latar belakang Indonesia yang terdiri
dari beragam suku, budaya, agama mengakibatkan mudahnya terjadi konflik.
Terkadang konflik tidak dapat dihindarkan dari
kehidupan bermasyarakat. Namun, tidak selalu konflik menimbulkan dampak negatif,
dengan pengelolaan yang baik. Dalam menangani konflik diperlukan kesabaran,
keterbukaan, serta kesadaran dari semua pihak yang terlibat konflik tersebut.
Oleh karena itu, makalah ini akan menjelaskan secara
rinci bagaimana peran kita sebagai pemuda dalam mencegah dan menangani
konflik-konflik tersebut.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat,
penulis merumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Apa
pengertian konflik ?
2. Apa
penyebab konflik?
3. Bagaimana
cara menangani konflik?
C.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian konflik.
2. Untuk
mengetahui penyebab konflik.
3. Untuk
mengetahui bagaimana cara menangani konflik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KONFLIK
Konflik berasal dari bahasa Latin Configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atu membuatnya tidak berdaya.
Ada beberapa pengertian konflik menurut para ahli,
yaitu :
a. Menurut
Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977)
Konflik
merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan
akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidak setujuan, kontroversi dan
pertentangan diantara dua pihak secara berterusan.
b. Menurut
Gibson, et al (1977:437)
Hubungan
selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula
melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi
memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerjasama satu
sama lain.
c. Menurut
Robbin (1996)
Keberadaan
konflik dalam organisasi ditentukan oleh individu atau kelompok. Jika mereka
tidak menyadari adanya konflik didalam organisasi maka secara umum konflik
tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mempersepsikan bahwa didalam
organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
d. Menurut
Minnery (1985)
Konflik
organisasi merupakan interaksi dua atau lebih pihak yang satu sama lain
berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
e. Menurut
Muchlas (1999)
Dipandang
sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi.
Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya
dengan stress.
f. Menurut
Robbins (1993)
Konflik
dalam organisasi sering terjadi tidak simetris, terjadi hanya satu pihak yang
sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif.
g. Menurut
Pace & Faules (1994)
Konflik
merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan
adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diingat, dan dialami.
h. Menurut
Folger & Pole (1984)
Konflik
dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku – perilaku
komunikasi.
i.
Menurut Myers, Kreps & Stewart
Konflikberpusat
pada beberapa penyebab utama, yakni
tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan
yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat.
j.
Menurut Devito (1995)
Interaksi
yang disebut komunikaasi antar individu yang stau dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda.
k. Menurut
M.Z Lawang
Konflik
adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan, dimana tujuan mereka
yang berkonflik hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan
saingannya.
l.
Menurut Ariono Suyono
Konflik
adalah proses atau keadaan dimana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya
tujuan masing – masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai – nilai
ataupun tuntutan dari masing – masing pihak.
m. Menurut
James W. Vander Zanden
Konflik
diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas
kekayaan, kekuasaan, status, atauwilayah tempat yang saling berhadapan,
bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.
n. Menurut
Soerjono Soekanto
Konflik
merupakan proses sosial dimana perorang atau kelompok manusia berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan disertai ancaman atau
kekerasan.
B.
TEORI
KONFLIK
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa
perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai – nilai yang
membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan
kompromi – kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Terdapat dua tokoh sosiologi
modern yang berorientasi serta menjadi dasar pemikiran pada teori konflik,
yaitu :
a. Teori
Konflik Lewis A. Coser
Menurut
Coser, konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam
pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat
menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik
dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan
melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.
Coser
juga melihat konflik dari dua bagian, yaitu :
1. Konflik
Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan – tuntutan khusus yang
terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para
partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan.
2. Konflik
Non-Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan – tujuan saingan yang
antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari
salah satu pihak.
b. Teori
Konflik Karl Marx
Teori
konflik Karl Marx didasarkan pada pemilikan sarana – sarana produksi sebagai
unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Marx mengajukan konsepsi mendasar
tentang masyarakat kelas dan perjuangan. Marx menunjukkan bahwa dalam
masyarakat , pada abad ke-19 di Eropa dimana ia hidup, terdiri dari kelas
pemilik modal dan kelas pekerja miskin. Kedua kelas ini berada dalam suatu
struktur sosial hirarkis, kaum pemilik modal melakukan eksploitasi terhadap
kaum pekerja miskin dalam proses produksi.
c. Teori
Konflik Ralf Dahrendorf
Teori
konflik Ralf Dahrendorf merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan serta
modifikasi teori sosiologi Karl Marx. Menurut Dahrendorf tidak selalu pemilik
sarana – sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada abad ke-19.
Bentuk penolakan tersebut ia tunjukkan dengan memaparkan perubahan yang terjadi
di masyarakat industri semenjak abad ke-19, diantaranya :
1. Dekomposisi
modal. Timbulnya korporasi – korporasi dengan saham yang dimiliki oleh orang
banyak, dimana tak seorangpun memiliki kontrol penuh.
2. Dekomposisi
tenaga kerja. Di abad spesialisasi sekarang ini manajemen perusahaan dapat
menyewa pegawai – pegawai untuk memimpin perusahaannya agar berkembang dengan
baik.
3. Timbulnya
kelas menengah baru. Pada akhir abad ke-19, lahir kelas pekerja dengan susunan
yang jelas, dimana para buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh
biasa berada dibawah.
Penerimaan Dahrendorf
pada teori konflik Karl Marx adalah ide mengenai pertentangan kelas sebagai
satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial. Kemudian dimodifikasi
berdasarkan perkembangan yang terjadi akhir – akhir ini.
C.
JENIS
- JENIS KONFLIK
Menurut Baden Eunson, terdapat beragam jenis konflik
berdasarkan posisi seseorang dalam struktur organisasi :
1. Konflik
vertikal, yang terjadi antara tingkat hirarki, seperti antara manajemen puncak
dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, serta penyelia dan
subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana bisa mengalokasi sumber daya
secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen
kompensasi dan karir.
2. Konflik
horizontal, yang terjadi diantara orang – orang yang bekerja pada tingkat
hirarki yang sama di dalam perusahaan.
3. Konflik
diantara staf lini, yang terjadi diantara orang – orang yang memiliki tugas
berbeda.
4. Konflik
peran, berupa kesalah pahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh
seseorang.
Stoner
membagi konflik berdasarkan pihak yang terlibat di dalamnya, antara lain :
1. Konflik
dalam diri individu
Konflik
ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau
karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
2. Konflik
antar individu
Terjadi
karena perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang
lain.
3. Konflik
antara individu dan kelompok
Terjadi
jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma- norma kelompok tempat ia
bekerja.
4. Konflik
antar kelompok dalam organisasi
Konflik
ini terjadi karena masing – masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan
masing – masing berupaya untuk mencapainya.
5. Konflik
antar organisasi
Konflik
ini terjadi jika tindakan yang diakukan oleh organisasi menimbulkan dampak
negatif bagi organisasi lainnya.
Robbins
membagi konflik menjadi dua macam berdasarkan dari fungsinya, yaitu :
1. Konflik
fungsional
Yaitu
konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok dan memprbaiki kinerja
kelompok.
2. Konflik
disfungsional
Yaitu
konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
Konflik
lain yang ada didalam masyarakat yaitu :
1. Konflik
Rasial
Konflik
rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan
kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik rasial umumnya terjadi karena salah
satu ras merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling sempurna
diantara ras lainnya.
2. Konflik
Politik
Konflik
politik merupakan konflik yang menyangkut golongan – golongan dalam masyarakat
maupun diantara negara – negara yang berdaulat.
3. Konflik
Antar Kelas Sosial
Konflik
antar kelas sosial merupakan pertentangan antara dua kelas sosial. Konflik itu
terjadi umumnya dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan
tersebut.
4. Konflik
Internasional
Konflik
internasional yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok negara,
karena perbedaan kepentingan. Banyak kasus terjadinya konflik internasional
sebenarnya bermula dari konflik dua negara karena masalah politik dan ekonomi.
Konflik berkembang menjadi konflik internasional karena masing – masing pihak
mencari kawan atau sekutu yang memiliki kesamaan visi atau tujuan terhadap
masalah yang dipertentangkan.
5. Konflik
Antar Kelompok
Konflik antar kelompok
terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama
atau karena pemaksaan unsur – unsur budaya asing. Selain itu, karena ada
pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik tradisional yang
terpendam.
6. Konflik
Antar Generasi
Konflik antar generasi
adalah konflik yang terjadi karena adanya mobilitas sosial yang menyebabkan
pergeseran hubungan antara generasi satu dengan generasi lain. Dengan demikian,
terjadilah suatu permasalahan, yang satu ingin mempertahankan nilai yang sama,
sedangkan yang lain ingin mengubahnya.
7. Konflik
Antar Penganut Agama
Dengan dijiwai
toleransi dan saling menghormati, kehidupan beragama di Indonesia dapat
dikatakan rukun. Meskipun demikian, dalam hubungan antar penganut agama,
mungkin saja timbul kesalahpahaman karena sikap prasangka negatif dari penganut
agama yang satu terhadap yang lain.
D.
DAMPAK
– DAMPAK KONFLIK
1. Dampak
Positif
a. Dapat
meningkatkan rasa solidaritas antara sesama anggota kelompok.
b. Dapat
menciptakan integrasi yang harmonis.
c. Dapat
memperkuat identitas pihak yang berkonflik.
d. Dapat
menciptakan kelompok baru.
e. Dapat
membuka wawasan.
f. Dapat
memperjelas berbagai aspek kehidupan yang belum tuntas.
g. Dapat
mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau kelompok.
h. Dapat
memunculkan kompromi baru.
i.
Munculnya pribadi yang kuat dan tahan
uji menghadapi berbagai situasi konflik.
j.
Membantu menghidupkan kembali norma –
norma lama dan menciptakan norma – norma baru.
2. Dampak
Negatif
a. Rusaknya
fasilitas umum
b. Terjadi
perubahan kepribadian
c. Dapat
menimbulkan keretakan hubungan antara individu dan kelompok
d. Menyebabkan
jatuhnya korban jiwa
E.
PENYEBAB
KONFLIK
1. Perbedaan
individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
2. Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi – pribadi yang berbeda.
3. Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok.
4. Perubahan
– perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
5. Batasan
pekerjaan yang tidak jelas.
6. Hambatan
komunikasi.
7. Standar,
peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal.
8. Perbedaan
status.
9. Harapan
yang tidak terwujud.
10. Berbagai
sumber daya yang langka.
11. Perbedaan
tujuan.
12. Saling
ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan.
F.
PROSES
TERJADINYA KONFLIK
1. Tahap
I : Potensi Oposisi atau Ketidakcocokan
Langkah
pertama dalam proses konflik adalah adanya kondisi yang menciptakan kesempatan
untuk kemunculan konflik. Kondisi itu tidak selalu langsung mengarah ke
konflik, tetapi salah satu kondisi itu perlu agar konflik muncul. Untuk
menyederhanakan, kondisi ini telah dipadatkan kedalam kategori umum, yaitu :
a. Komunikasi
Potensi
konflik meningkat bila terdapat terlalu sedikit atau terlalu banyak komunikasi
atau informasi. Saluran yang dipilih untuk berkomunikasi dapat berpengaruh
merangsang oposisi. Proses penyaringan yang terjadi ketika informasi
disampaikan para anggota dan penyimpangan komunikasi dari saluran formal atau
yang sudah ditetapkan sebelumnya, menawarkan potensi kesempatan bgi timbulnya
konflik.
b. Struktur
Istilah
struktur mencakup variabel seperti ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas
yang diberikan ke anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggota/
sasaran, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antar
kelompok. Ukuran dan spesialisasi bertindak sebagai kekuatan untuk merangsang
konflik. Semakin besar kelompok dan semakin terspesialisasi kegiatannya,
semakin besar kemungkinan terjadi konflik. Masa kerja dan konflik berbanding
terbalik. Potensi konflik paling besar terjadi pada anggota kelompok yang lebih
muda dan ketika tingkat pengunduran diri tinggi. Ambiguitas jurisdiksi
meningkatkan perselisihan antar kelompok untuk mendapatkan kendali atas sumber
daya dan teritori.
c. Variabel
Pribadi
Kategori
terakhir potensi sumber konflik adalah faktor – faktor pribadi. Faktor pribadi
ini mencakup sistem nilai individu setiap orang dan karakteristik kepribadian
yang menyebabkan idiosinkrasi dan perbedaan individu. Variabel yang paling
terabaikan dalam penelitian konflik sosial adalah pebedaan sistem nilai dimana
merupakan sumber yang paling penting yang dapat menciptakan potensi konflik
2. Tahap
II : Kognisi dan Personalisasi
Konsep
yang dipersepsikan merupakan kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya
kondisi yang menciptakan peluang terjadinya konflik. Konflik yang dipersepsikan
tidak berarti konflik itu dipersonalisasikan. Konflik yang dirasakan, apabila
individu – individu menjadi terlibat secara emosional dalam saat konflik,
sehingga pihak – pihak mengalami kecemasan, ketegangan, frustasi atau
kekerasan.
3. Tahap
III : Maksud
Maksud
merupakan keputusan untuk bertindak dalam cara tertentu. Maksud penanganan
konflik :
a. Persaingan
Merupakan keinginan
memuaskan kepentingan seseorang, tidak memperdulikan dampak pada pihak lain
dalam konflik tersebut.
b. Kolaborasi
Merupakan situasi yang
di dalamnya pihak – pihak yang berkonflik sepenuhnya saling memuaskan
kepentingan semua pihak.
c. Penghindaran
Merupakan keinginan
menarik diri dari atau menekan konflik.
d. Akomodasi
Merupakan kesediaan
satu pihak dalam konflik untuk memperlakukan kepentingan pesaing di atas
kepentingan sendiri.
e. Kompromi
Merupakan satu situasi
yang di dalamnya masing – masing pihak yang berkonflik bersedia mengorbankan
sesuatu.
4. Tahap
IV : Perilaku
Tahap
perikalu mencakup :
a. Pernyataan
b. Tindakan
c. Reaksi
yang dibuat oleh pihak – pihak yang berkonflik.
Manajemen konflik
Yaitu penggunaan teknik
– teknik resolusi dan stimulasi untuk meraih level konflik yang diinginkan.
Teknik manajemen konflik
a. Teknik
pemecahan konflik :
Pemecahan masalah
Sasaran atasan
Perluasan sumberdaya
Penghindaran
Penghalusan
Kompromi
Komando otoritatif
Mengubah variabel
manusia
Mengubah variabel
struktur
b. Teknik
perangsangan konflik :
Komunikasi
Memasukkan orang luar
Restrukturisasi
organisasi
Mengangkat oposisi
5. Tahap
V : Hasil
Hasil
berupa jalinan aksi – reaksi antara pihak – pihak yang berkonflik menghasilkan
konsekuensi.
a. Hasil
fungsional
Konflik
bersifat konstruktif apabila konflik itu memperbaiki kualitas keputusan,
merangsang kreatifitas dan inovasi, mendorong perhatian dan keingintahuan di
kalangan anggota kelompok, menjadi saluran yang merupakan, sarana penyampaian
masalah dan perbedaan ketegangan, dan memupuk lingkungan evaluasi diri serta
perubahan.
b. Hasil
disfungsional
Konsekuensi destruktif
konflik pada kinerja kelompok atau organisasi umumnya sangat dikenal. Oposisi
yang tidak terkendali memunculkan ketidakpuasan, yang bertindak menghilangkan
ikatan bersama, dan pada akhirnya mendorong ke penghancuran kelompok itu.
Konflik dari ragam disfungsional dapat mengurangi efektifitas kelompok.
G.
METODE
PENYELESAIAN KONFLIK
1. Dominasi
atau kekerasan yang bersifat penekanan otokratik.
Ketaatan harus
dilakukan oleh pihak yang kalah pada otoritas yang lebih tinggi atau kekuatan
yang lebih besar.
2. Meredakan
atau menenangkan.
Metode ini lebih terasa
diplomatis dalam upaya menekan dan meminimalkan ketidaksepahaman.
3. Pemisahan
Pihak – pihak yang
berkonflik dipisah sampai menemukan solusi ataas masalah yang terjadi.
4. Arbitrasi
Adanya peran orang
ketiga sebagai penengah untuk penyelesaian masalah.
5. Kembali
ke aturan yang berlaku saat tidak ditemukan titik temu antara kedua pihak yang
bermasalah.
6. Konsensus
Sengaja dipertemukan
untuk mencapai solusi terbaik, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan cepat.
7. Konfrontasi
Tiap pihak mengemukakan
pandangan masing – masing secara langsung dan terbuka.
8. Penentu
Tujuan
Menentukan tujuan akhir
kedepan yang lebih tinggi dengan kesepakatan bersama.
9. Gencatan
Senjata
Penangguhan permusuhan
untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak
boleh diganggu.
10. Mediasi
Penghentian pertikaian
oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat.
11. Konsiliasi
Usaha untuk
mempertemukan keinginan pihak – pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan
bersama.
12. Stalemate
Keadaan ketika kedua
belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti
pada suatu titik tidak salin menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah
pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau
mundur.
13. Ajudikasi
Penyelesaian perkara di
pengadilan.
14. Eliminasi
Pengunduran diri salah
satu pihak yang terlibat di dalam konflik
15. Majority
Rule
Suara terbanyak yang
ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan
argumentasi.
16. Minority
Consent
Kemenangan kelompok
mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok
minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja
sama dengan kelompok mayoritas.
H.
PERAN
PEMUDA DALAM MENCEGAH KONFLIK
Pemuda memiliki tantangan yang semakin rumit dan
kompleks, sebab begitu banyak segi kehidupan bermasyarakat yang perlu
ditransformasikan untuk mengatasi ancaman disintegrasi bagi bangsa kita.
Konflik yang terjaadi pun semakin rumit. Hampir diseluruh daerah di Indonesia,
beberapa kelompok, baik agama, maupun budaya, terus mengalami konflik yang
akhirnya justru menelan korban jiwa bagi anggota kelompok mereka sendiri.
Konflik yang ada diselesaikan dengan jalan kerusuhan
dan demonstrasi anarkis dimana – mana. Hal tersebut nyatanya tidak
menyelesaikan masalah, yang ada justru menimbulkan masalah yang baru. Terkadang
malah demonstrasi tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan, malah menindas
kaum lain yang memiliki kepentingan. Maka jelaslah disini bahwa kekerasan,
kerusuhan, dan demonstrasi anarkis bukan jalan yang tepat dalam menyelesaikan
konflik yang ada.
Langkah terbaik yang perlu dilakukan ialah dengan
membentuk kekuatan yang sinergis dari para pemuda pada umumnya, dan mahasiswa
pada khususnya. Pemuda adalah kekuatan yang pertama dan utama dalam hal
memperjuangkan nasib bangsa. Kita tentu mengingat perjuangan para pemuda dalam
rentang waktu 1908 hingga 1945, dimana tujuan yang dimiliki adalah satu,
Kemerdekaan Indonesia.
Semangat untuk senantiasa memperbaiki kualitas diri ini
sejalan dengan perlunya menyiapkan diri menghadapi tantangan masa depan yang
kian kompetitif. Sebagai pemuda kita dapat melakukan hal – hal berikut untuk
memacu diri agar terbina persatuan dan kesatuan :
1. Berorientasi
ke depan dan memiliki perspektif kemajuan.
2. Bersikap
realistis, menghargai waktu, konsisten dan sistematik dalam bekerja.
3. Bersedia
terus belajar untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah.
4. Selalu
membuat perencanaan.
5. Memiliki
keyakinan, segala tindakan pasti ada konsekuensi.
6. Menyadari
dan menghargai harkat dan pendapat orang lain.
7. Rasional
dan percaya kepada kemampuan iptek.
8. Menjunjung
tinggi keadilan.
9. Berorientaasi
kepada produktivitas dan efisiensi.
Sebagai
pemuda yang mempunyai wawasan mengenai manajemen konfllik, dalam memecahkan
suatu konflik kita harus :
1. Bersikap
proaktif
Setiap anggota tim
harus turut aktif dalam menyelesaikan konflik secara proaktif.
2. Komunikasi
Komunikasi yang lancar
dapat menghindari diri dari kesalahpahaman sehingga lebih mudah dalam
menyelesaikan konflik yang timbul.
3. Keterbukaan
Setiap anggota harus
terbuka supaya konflik tidak berlarut larut dan dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan keterbukaan konflik yang terjadi dapat ditangani sehingga menjadi
konflik yang fungsional.
4. Tahu
akar masalah
Anggota tim harus dapat
mencari tahu sumber atau penyebab konflik, supaya kita tahu cara menyelesaikan
konflik tersebut.
5. Bersikap
fleksibel
Anggota tim harus
bersikap fleksibel, sehingga selalu ada jalan untuk memecahkan konflik yang
terjadi
6. Harus
adil
Kita tidak boleh
memihak pada salah satu pihak yang terlibat konflik, apalagi memperkeruh
suasana.
7. Bersekutu
Untuk menyelesaikan
konflik kita harus mempunyai sikap bersekutu, sehingga tidak ada pihak – pihak
yang merasa dirugikan. Berpikirlah menang – menang dan jangan hanya mau menang
sendiri.
I.
CONTOH KONFLIK SOSIAL
DI INDONESIA
No.
|
Peristiwa
|
Waktu
|
Sebab-sebab
|
|
1.
|
Kerusuhan Abepura
|
20 Maret 1996
|
Ketersinggungan etnis, agama, dan
hubungan rasial
|
|
2.
|
Kerusuhan Makasar
|
24 April 1996
|
Ekonomi
|
|
3.
|
Insiden 27 Juli di Jalan
Diponogoro Jakarta
|
27 Juli 1996
|
Politik
|
|
4.
|
Peristiwa, Situbondo, Jawa Timur
|
10 Oktober 1996
|
Persoalan ketersinggungan etnis,
agama, dan hubungan rasial
|
|
5.
|
Kerusuhan Tasikmalaya
|
26 Desember 1996
|
Persoalan ketersinggungan etnis,
agama, dan hubungan rasial
|
|
6.
|
Kerusuhan Sanggau Ledo
|
29 Desember 1996 – 2 Januari 1997
|
Persoalan ketersinggungan etnis,
agama, dan hubungan rasial
|
|
7.
|
Kerusuhan
Banjarmasin
|
23
Mei 1997
|
Politik
|
|
8.
|
Tragedi Trisakti
|
13-15 Mei 1998
|
Politik
|
|
9.
|
Kerusuhan Poso
|
25-28 Desember 1998
|
Persoalan ketersinggungan etnis,
agama, dan hubungan rasial
|
|
10.
|
Kerusuhan Ambon II
|
19-25 Maret 1999 - Juli 2000
|
Persoalan ketersinggungan etnis,
agama, dan hubungan rasial
|
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konflik
merupakan bentuk interaksi sosial yang terkadang tidak dapat dihindarkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dari beberapa pendapat para ahli yang telah dipaparkan,
konflik dapat diartikan pertentangan dimana para pelaku konflik saling
menghancurkan.
Ada
berbagai penyebab yang melatar belakangi terjadinya konflik, seperti perbedaan
tujuan, perbedaaan perasaan, hambatan komunikasi dan lain sebagainya. Konflik –
konflik ini bisa menimbulkan dampak negatif yaitu retaknya hubungan antara
individu, rusaknya fasilitas umum, hingga jatuhnya korban jiwa. Namun, tak
hanya menimbulkan dampak negatif, konflik juga dapat menimbulkan dampak
positif, meningkatkan rasa solidaritas, membuka wawasan, menciptakan pribadi
yang kuat, menghidupkan norma – norma lama dan menciptakan norma – norma baru.
Dalam
menghadapi konflik, kita harus bersikap proaktif, komunikatif, terbuka,
mengetahui akar masalah, bersikap fleksibel, adil dalam memutuskan masalah, dan
bersekutu.
B. SARAN
Penulis
berharap sebagai pemuda yang cerdas, kita harus bisa memecahkan konflik dengan
bijaksana sesuai dengan porsi konflik itu sendiri. Kita sebagai pemuda yang
mengetahui manajemen konflik dapat mengelola konflik tersebut dengan baik agar
konflik bisa berdampak positif dalam suatu masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Aditya, Zaka Firma. 2013. Teori Konflik Dari
Beberapa Ahli. https://zakaaditya.blogspot.in/2013/09/teori-konflik-dari-beberapa-ahli.html?m=1.
Diakses:17 Desember 2014.
Alfiah, Vivi. 2012. Makalah Sosiologi “Konflik”. https://viviealfiahzone.blogspot.in/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1.
Diakses:17 Desember 2014.
Anak UI. 2010.
Tantangan Pemuda Untuk Mengelola Konflik Dalam Sistem Demokrasi Liberal. http://www.anakui.com/2010/12/07/tantangan-pemuda-untuk-mengelola-konflik-dalam-sistem-demokrasi-liberal/. Diakses:21 Desember 2014.
Aryuni, Mira. 2013. Upaya Mengatasi Konflik Di
Massyarakat Dalam Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa. https://miraaryuni15.blogspot.in/2013/10/upaya-mengatasi-konflik-dimasyarakat-.html?m=1.
Diakses:21 Desember 2014.
Darussalam, Yuan. 2013. Makalah Konflik. https://yuandarussalam.blogspot.in/2013/10/makalah-konflik.html?m=1.
Diakses:18 Desember 2014.
DPC Forum Komunikasi Mahasiswa Balaraja. 2013.
Mengelola Konflik Organisasi. https://m.facebook.com/permalink.php?story_fbid=309723252502025&id=213291262145225.
Diakses:18 Desember 2014.
GPKN. 2014. Manajemen Konflik Dalam Organisasi.www.gpkn.or.id/2014/03/manajemen-konflik-dalam-organisasi.html?m=1.
Diakses:18 Desember 2014.
Maftuhin. 2013. Makalah Tentang Manajemen Konflik. https://ahmaftuhin.wordpress.com/2013/11/24/makalah-tentang-manajemen
-konflik/. Diakses:18 Desember 2014.
Nurhidayat, Arham. 2013. Konflik Sosial. https://makalah.blogspot.in/2013/05/konflik-sosial.html?m=1.
Diakses:18 Desember 2014.
Peribahasa Indonesia. 2013. Cara – cara Penyelesaian
Konflik Dalam Kelompok. www.peribahasaindonesia.com/cara-cara-penyelesaian-konflik-dalam-kelompok/.
Diakses:20 Desember 2014.
Sidik, Khusnul. 2013. Dampak Konflik Sosial. https://zonangelmu.blogspot.in/2013/01/dampak-konflik-sosial.html?m=1.
Diakses:18 Desember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar